Thursday 13 June 2013

Masuk Syurga Tanpa Hisab

(١) عن عائشة رضى الله عنها عن النبي  صلى الله عليه وسلَّم قال: لَيْسَ أحَدً يُحَاسَبُ يَوْم القِيَامَةِ إلا هَلَكَ ، فقلتُ يا رَسُوْلُ الله أليْسَ قَدْ قَالَ تعلى: فأمَّا أُوْتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِيْنِهِ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيْرًا ، فَقَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: إِنَّمَا ذ ٰلِكَ الْعَرضُ ، وَلَيْسَ أحَدٌ يُنَاقَشُ الْحِسَابُ يَوْمَ القِيَامَةِ إِلاَّ عُذِّبَ
 
(٢) عن ابن عباس رضى الله عنهما قال قال النبي صلى الله عليه وسلَّم: عُرِضَتْ عَلَيَّ الأُمَمُ ، فَأَجِدُ النَّبِيَّ يمُرُّ مَعَهُ الأُمَّةُ ، وَ النَّبِيُّ يمُرُّ مَعَهُ النَّفَر ، وَ النَّبِيُّ يمُرُّ مَعَهُ العَشَرُ، وَ النَّبِيُّ يمُرُّ مَعَهُ الخَمْسَةُ ، و النَّبِيُّ يمُرُّ وَحْدَهُ ، فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ كَثِيْرٌ ، قُلْتُ يَا جِبْرِيْلَ هٰؤلاَءِ أُمَّتِي؟ قَالَ: لاَ وَلٰكِنَّ انْظُر إلَى اْلأُفُقِ ، فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ كَثِيْرٌ ، قَالَ هٰؤُلاَءِ أُمَّتِكَ ، وَهٰؤُلاَءِ سَبْعُوْنَ أَلْفاً قُدَّامُهُمْ ، لاَ حِسَابَ عَلَيْهِمْ وَلاَ عَذَابَ ، قُلْتُ وَلِمَ؟ قَالَ: كَانُوا لاَ يَكْتَوُوْنَ ، وَلاَ يَسْتَرْقُوْنَ ، وَلاَ يَتَطَيَّرُوْنَ ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوُنَ. فَقَامَ إِلَيْه عُكَاشَة بْنُ مُحْصِنٌ ، فَقَالَ: اُدْعُ اللهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ ، قَالَ: اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ مِنْهُمْ ، ثُمَّ قَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ آخَرٌ قَالَ: اُدْعُ الله أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ. قَالَ ((سَبَقَكَ بِهَا عُكَاشَةُ))
 
 
Terjemahan:
 
1.         Daripada Aisyah (ra), daripada Nabi (sallallahu alaihi wasalam) sabdanya: “Tidak seorangpun yang dihisab (diperiksa) pada hari kiamat melainkan dia akan binasa”. Lalu aku bertanya: Ya Rasulullah, bukanlah Allah SWT berfirman: Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah? (Al-Insyiqaq :7-8) Maka Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) menjawab: “Sesungguhnya itu hanya “pamer” (tunjuk) saja dan tidak seorangpun yang diperdebat (nuuqisya) hisabnya pada hari kiamat nanti melainkan dia akan disiksa”.
 
[HR Bukhari]
 
 
2.         Daripada Ibnu Abbas (ra) katanya, telah bersabda Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam): Telah digambarkan kepadaku keadaan umat; Aku dapati Nabi bersama umatnya, ada Nabi bersamanya beberapa orang (nafar), ada Nabi bersamanya 10 orang, ada Nabi bersamanya 5 orang, ada Nabi hanya seorang diri; Kemudian aku melihat kelompok yang ramai; Aku bertanya: Ya Jibriladakah mereka itu umatku? Jawabnya: Bukan, tetapi lihatlah ke arah ufuq (kaki langit). Aku pun melihat manusia yang ramai; (Jibril) berkata: Mereka adalah umatmu, mereka semuanya 70,000 orang yang paling utama, mereka tidak akan dihisab dan tidak akan disiksa. Lalu aku pun bertanya: Mengapa (demikan)? Dia menjawab: Mereka tidak menggunakan kay, mereka tidak minta dijampi, mereka tidak terlibat dengan thayarah, dan mereka bertawakkal hanya kepada Tuhan mereka. (mendengar kisah tersebut) maka berdirilah ‘Ukaasyah Bin Muhshin, katanya: (Ya Rasulullah) tolong do’akan kepada Allah agar Dia memasukkan aku ke dalam salah seorang daripada mereka, Nabipun berdo’a: Ya Allah, masukkanlah dia ke dalam kelompok mereka. Kemudian berdiri pula lelaki yang lain sambil berkata: Tolong do’akan pula agar aku termasuk ke dalam golongan mereka. Nabi (sallallahu alaihi wasalam) pun menjawab: ‘Ukasyah telah mendahului kamu dalam hal ini.[HR Bukhari]
  
Manusia Pada Hari Berhisab:
 
Berdasarkan hadis di atas dapatlah disimpulkan bahwa manusia akan terbagi kepada tiga golongan pada hari berhisabnanti, iaitu:
 
1.      Golongan yang dihisab
2.      Golongan yang dihisab dengan mudah.
3.      Golongan yang tidak dihisab.
 
Golongan Yang Dihisab:
 
Golongan ini akan diperbincangkan atau diperdebatkan (nuuqisya) ketika amalannya dikira (dihisab). Golongan inilah yang dimaksudkan oleh Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam): Siapa yang diperdebatkan niscaya ia disiksa. Menurut Ibnu Hajar: Makna asal An-Naqsyu () ialah mengeluarkan duri. Maksudnya di sini: Perbincangan yang mendalam dan menyeluruh ketika dihisab, dari perkara besar sampai perkara sekecil-kecilnya, dan ketika itu tidak ada tolak ansor (tarkul musaamah).
 
Amalan golongan ini akan dikira walaupun sebesar zarrah (atom). Adapun yang dimaksudkan dengan siksaan itu, menurut Al-Qadhi ‘Iyadh ada dua makna iaitu:
 
  1. Perdebatan ketika berhisab itu sendiri. Pendedahan dosa masa silam di khayalak ramai dan penghinaan. Suasana ini adalah suatu siksaan.
 
  1. Lanjutan dari pemeriksaan tersebut melayakkan diri mereka dimasukkan ke dalam golongan yang berhak mendapat siksaan. 
 
Golongan Yang Dihisab Dengan Mudah:
 
Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) telah menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan “dihisab dengan mudah” ialah hanya pamer atau tunjuk saja. Mereka tidak diperiksa dengan terperinci. Ini berbeda dengan golongan yang pertama. Golongan ini adalah golongan yang menerima kitab catetan amalan mereka dari sebelah kanan.
 
Golongan Yang Tidak Dihisab:
 
Golongan inilah makhluk Allah yang paling mulia. Derjat mereka sangat istimewa pada hari kiamat. Nasib mereka tidak sebagaimana golongan pertama dan kedua. Mereka masuk syurga tanpa hisab. Semua manusia menginginkan agar termasuk ke dalam kelompok ini sebagaimana harapan Saidina ‘Ukaasyah (ra) makbul setelah mendapat do’a Nabi Muhammad (sallallahu alaihi wasalam).
 
Hanya saja sebahagian manusia telah digoda oleh syaitan sehingga mereka putus asa (tidak ada harapan) akan dapat masuk kelompok istimewa tersebut. Lebih-lebih lagi setelah menyadari jumlah kelompok itu sangat terbatas iaitu hanya 70,000 orang dari umat Nabi Muhammad (sallallahu alaihi wasalam). Sudah tentu yang paling layak mencapai derjat itu Para Sahabat, Tabi’iin dan Tabi’ Taabi’iin.
 
Tetapi pada hakekatnya tidaklah demikian. Nabi (sallallahu alaihi wasalam) tidak pernah membatasi mereka dari zaman tertentu dan tidak pula menetapkan orang-orang tertentu kecuali hanya satu orang dari umatnya iaitu ‘Ukaasyah Bin Muhshin. Malahan ketika menyusul sahabatnya yang lain setelah ‘Ukaasyah, Nabi (sallallahu alaihi wasalam) hanya menjawab: “ ‘Ukasyah telah mendahului kamu dalam hal ini”. Kalau Nabi (sallallahu alaihi wasalam) tidak menjawab demikian sudah tentu semua yang mendengar berita gembira itu akan menemui baginda agar mendapat derjat sebagaimana ‘Ukaasyah. Jadi Nabi (sallallahu alaihi wasalam) biarkan peluang ini terbuka bagi umatnya yang lain sampaii Hari Kiamat.
  
Bilangan Mereka:
 
Selain jumlah mereka 70,000 menurut riwayat Bukhari, ada pula riwayat lain yang menyatakan bahwa jumlah mereka sebenarnya ialah 4.900 juta (riwayat Ahmad dari Tsauban).
 
 
Sifat-sifat mereka:
 
Ibnu Hajar berkata: Berdasarkan kebanyakan riwayat maka sifat utama mereka yang disepakati ada empat, iaitu:
 
1.      Mereka tidak menggunakan kay
 
Kay ialah besi yang dipanaskan hingga membara kemudian diletakkan pada bahagian badan yang sakit. Pengobatan cara begini diamalkan di kalangan orang Arab zaman silam. Ini tidak bermakna bahwa di antara sifat golongan yang akan masuk syurga tanpa hisab di atas mestilah meninggalkan pengobatan jika sakit. Malahan sungguh banyak galakkan dari Nabi (sallallahu alaihi wasalam) agar kita berobat jika sakit.
 
Menurut Imam An-Nawawy: Kalaulah demikian adanya, maka maksud hadis di atas mestilah kita alihkan kepada kaum yang meyakini bahwa obat yang menyembuhkan mereka, mereka tidak menyerahkan atau menyandarkan kesembuhan itu kepada Allah. (Lihat Syarah Muslim oleh An-Nawawy III/9).
 
Keyakinan seperti ini sungguh banyak pada akhir zaman ini. Banyak manusia yang menyandarkan pesembuhan penyakit merreka kepada doktor atau kepada obat. Mereka lupa menyandarkannya kepada Dzat Yang Maha Menyembuhkan yakni Allah SWT.
 
2.      Mereka tidak minta dijampi
 
Mereka tidak dijampi jika ditimpa sakit. Tetapi mereka menjampi orang lain. Ini sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabi (sallallahu alaihi wasalam) dan para sahabat.
 
Menurut Imam Al-Qurthuby: Larangan minta jampi itu terbatas pada jampi tertentu saja iaitu jampi yang mengandungi unsur-unsur syirik karena Nabi (sallallahu alaihi wasalam) pernah berkata kepada keluarga ‘Amr Bin Hazm: Perdengarkanlah kepadaku jampi-jampi kamu itu, dan tidaklah mengapa jampi yang tidak ada syirik di dalamnya. [HR Muslim]
 
Jadi tidaklah mengapa jika jampi itu terdiri dari ayat Al-Quran atau doa yang warid (datang) dari Nabi (sallallahu alaihi wasalam) atau jampi dengan bahasa lain yang kita dapat fahami maknanya dan tidak mengandungi syirik di dalamnya.
 
3.      Mereka tidak terlibat dengan thayarah:
 
Thayarah artinya pessimis atau meyakini sesuatu boleh membawa musibah ke atasnya. Thayarah diambil dari kata Thair ( ) = burung. Orang Arab Jahiliyyah jika akan melakukan sesuatu pekerjaan seperti safar (perjalanan), maka mereka akan lepaskan burung terlebih dahulu. Jika burung itu terbang ke arah kanan maka mereka teruskan kerja tersebut, tetapi jika terbang ke arah kiri, maka mereka tangguhkan pekerjaan berkenaan karena khawatir musibah (nasib malang) akan menimpa mereka.
 
Contoh Thayarah lain yang masih diyakini oleh sesetengah masyarakat kita antaranya: Angka 13, kenan, Rabu terakhir bulan shafar, bersin sebelum safar, terlanggar kucing, suara burung, nombor kereta/motor, sisik ikan, mimpi buruk, kawin bulan syawwal dan lain-lain.
 
Imam Al-Manaawy menguraikan hadis Nabi (sallallahu alaihi wasalam): “Thayarah itu syirik” (Hadis Sahih Riwayat Imam Ahmad). Maksudnya: Thayarah termasuk salah satu cabang syirik terhadap Allah karena orang Arab meyakini apa yang mereka thayarahkan itu memberi kesan kepada musibah atau nasib malang yang menimpa mereka. Yang paling banyak menjadi bahan thayarah orang Arab Jahiliyyah ialah: Wanita, binatang tonggangan dan rumah. Ini sebagaimana tertera dalam hadis sahih riwayat Imam Bukhari.
 
4.      Mereka hanya berserah diri kepada Allah:
 
Tawakkal atau berserah diri kepada Allah tidak bermakna meninggalkan usaha. Berserah diri kepada Allah tanpa usaha adalah bercanggah dengan ajaran Nabi Muhammad (sallallahu alaihi wasalam) dan itu sikap orang yang jahil dan haram hukumnya menurut syara’.
 
Gambaran tawakkal yang betul seperti sabda Nabi (sallallahu alaihi wasalam): Sekiranya kamu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal niscaya Dia akan memberi kamu rezki sebagaimana Dia memberi rezki kepada burung yang meninggalkan sarangnya pada waktu pagi dengan perut kosong dan kembali pada waktu petang dengan perut penuh berisi [HR Ahmad, Tarmizi, An-Nass-i]
 
Kesimpulan:
 
  1. Ada tiga golongan manusia ketika dibangkitkan di Padang Mahsyar
    • Golongan yang dihisab
    • Golongan yang dihisab dengan mudah
    • Golongan Yang Tidak Dihisab
 
  1. Empat syarat utama bagi umat Nabi Muhammad (sallallahu alaihi wasalam) supaya dapat masuk syurga tanpa hisab, iaitu: Tidak menggunakan Kay, tidak minta dijampi, tidak terlibat dengan Thayarah dan bertawakkal hanya kepada Allah.
 
  1. Semua umat Nabi Muhammad (sallallahu alaihi wasalam) berpeluang untuk mencapai derjat di atas. Yang penting murnikan Akidah (Tauhid) dan hindarkan fahaman syirik dan khurafat. Perkemaskan sifat tawakkal kepada Allah. Jangan terlalu menyandarkan sesuatu kepada sebab karena yang dapat memberi kesan hanya Allah SWT.

No comments:

Post a Comment